Sering ada adegan dalam sebuah grup fotografi, member “newbie” bertanya dengan polosnya: mau beli kamera, sebaiknya merk A atau merk B. Lantas kemudian bakal ada member senior sok tahu yang menjawab dengan hebatnya: merk apapun bagus, merk tidak penting, yang penting adalah “man behind the gun”.
Sebetulnya semua merk kamera itu bagus, tentu saja. Tidak ada perusahaan kamera yang baru berdiri tahun lalu, kecuali action cam 500ribuan. Canon, Nikon, Pentax, Olympus, dan sebagainya, adalah nama-nama yang sudah eksis dari jaman perang dunia. Jadi kalau sekadar bagus, itu sudah pasti. Namun kalau merk apa saja tidak penting, rasanya tidak begitu.
Selama mendalami fotografi, barangkali saya sudah berganti kamera puluhan kali, terdiri dari berbagai merk. Saya tidak mencari yang terbaik, melainkan yang paling cocok. Dalam kasus ini, Ricoh GR adalah kamera yang paling satu jiwa dengan saya. Tidak lebih signifikan bagusnya dari kamera lain kok, tapi hei, ibarat mencari pasangan hidup, bukankah kita jangan mencintai seseorang karena dia terlihat cantik? Melainkan, dia pasti terlihat cantik karena kita cinta dia.
Valentino Rossi pernah berteori, penentu kemenangan adalah 80% skill pembalap, 20% kehebatan motor. Kalau di F1 itu sebaliknya. Jadi mengapa ketika Rossi pindah ke Ducati, dia tampil sangat payah dan tidak pernah sekali saja menang? Apakah 80% tidak cukup untuk menutupi yang 20%? Lantas kenapa Dovizioso -yang bisa diperdebatkan- yang skillnya tidak melegenda seperti Rossi, mudah-mudah saja menang pakai Ducati? Kemudian, mengapa dengan mobil yang sama, Hamilton hampir selalu mengalahkan Bottas? Jawabannya adalah : kecocokan dan keselarasan dengan… “alat”.
Saya 100% yakin, saya akan memotret lebih baik dengan Ricoh GR daripada Leica M10 yang harganya sepuluh kali lipat. Bukan karena Ricoh adalah kamera yang superior dibanding Leica, namun sekali lagi, Ricoh adalah kamera yang satu jiwa dengan saya. Makanya, bukan berarti gonta-ganti gear itu bagus, namun ada kalanya kita memang harus mencari terus demi dapat yang paling menjiwai.
Perihal kamera itu hanya alat, ya memang, itu ‘kan benda. Namun ini adalah alat yang sangat signifikan dan penting bagi kita para fotografer. Sama pentingnya dengan motor bagi pembalap MotoGP, dan pastinya mobil para pembalap F1. Kamera adalah satu-satunya alat yang merupakan kepanjangan dari tangan kita, mata kita, dan otak kita, dalam keinginan kita untuk mengabadikan momen yang mungkin tak bisa diulangi.
Cintai kameramu, kenali dia sepenuhnya, dan bersejiwalah dengan dia. Sungguh, kamera itu lebih dari sekadar alat.

