Sayangnya itu adalah pertanyaan yang tidak bisa diketok rata jawabannya, dan kalau pun harus dijawab, maka jawaban saya adalah : yang sudah kamu miliki.
Tapi serius, karena “terbaik” bagi tiap orang itu berbeda. Gaya memotret, kenyamanan dalam mengoperasikan, kepuasan terhadap hasil foto, loyalitas pada merek, dan banyak lagi faktor. Iya, ‘kan?
Memang saya pun di masa lalu banyak sekali membuang uang dalam rangka pencarian “kamera terbaik” untuk street fotografi. Sampai akhirnya saya jadi punya standar sendiri, apa kamera yang bakal saya beli karena saya sudah tau apa yang bakal saya potret, kapan saya memotret, dan intinya gaya memotret saya itu sendiri.
Jadinya saya menyukai kamera yang ringkas, hasil foto layak, dan auto fokus cepat. Saya tidak suka DSLR, bahkan mirrorless sekalipun kalau terlalu gede dan mahal, saya tidak mau. Saya lebih suka pocket sensor besar, atau mirrorless yang kecil beserta lensa fix ringan sebuah saja.
Dari sekian banyak kamera yang pernah saya pakai (dan beli), kamera yang paling saya sukai adalah Ricoh GR. Itu kamera sakti, ukurannya hanya sebesar iPhone 5s. Sensornya APSC. Sebagian besar foto pada buku ini diambil pakai kamera itu. Dengan fix FL =28mm, mau tidak mau saya harus lebih kreatif, dan itu sangat bermanfaat. Kamera itu selalu ada di saku saya, setidaknya sampai rusak. Ya, Ricoh GR gampang rusak. Saya pernah membuat video tentang kerusakan GR saya. Sayang sekali, namun karena sudah cinta, saya sampai beberapa kali membeli kamera ini.
Untuk mirrorless, saya biasanya pakai Olympus. Value per money, tidak terkalahkan. Ukurannya ringkas, hasil foto cantik, auto fokus dan stabilizer juara. Jika dibandingkan dengan GR, memang Olympus sedikit inferior dalam hasil foto terutama detail, mengingat ukuran sensor (APSC vs MFT). Tapi hey, MFT itu besar sekali, puluhan kali lipat ukuran sensor iPhone, yang mana untuk kebanyakan orang sudah sangat layak. Dan untuk sesama MFT, Olympus jauh lebih bagus daripada tetangganya, Lumix. Inilah yang bikin saya merasa buang-buang uang di masa lalu lantaran setia pada Lumix, dan bukannya melirik Olympus.
Seri Olympus yang saya rekomendasikan adalah E-M10 / mark ii / mark iii. Jajaran seri OM-D termurah, paling ringan dibawa-bawa, tanpa mengorbankan performa.
Ya pokoknya kalau tidak Olympus, saya bakal tidak pakai mirrorless sekalian. Saya bakal pakai pocket sensor besar. Saya juga merekomendasikan Fuji seri X100, X70, dan juga Sony RX100. Pokoknya jangan terlalu mahal deh, maksimal 10 juta.
Tapi pada akhirnya, seperti mengutip ucapan terkenal dari Chase Jarvis : “The best camera is the one you have with you.”
Kamera terbaik adalah kamera yang kamu sudah punya. Tapi kalau kamu belum punya, ya carilah dengan seksama. Konsultasi dengan orang yang sering beli kamera, seperti saya. Jangan konsultasi pada pegawai di toko kamera, karena setulus-tulusnya mereka membantu, mereka ditargetkan untuk menjual produk yang diinstruksikan atasannya. Makanya tidak pernah ada orang dari toko kamera yang merekomendasikan Olympus atau Ricoh pada saya ketika saya berpura-pura jadi pembeli awam. Haha.
Belilah kamera sekali saja, jangan seperti saya. Setelah itu, perbanyak memotret, beli buku, dan jalan-jalan.

