Cara-cara Aneh Mendapatkan Model di Jalanan

Ada banyak cara untuk menjadikan seseorang jadi subjek utama foto kita. Sedari tadi saya ceritakan, bisa ajak secara baik-baik dengan lisan, juga sekadar kontak mata tanda tidak menolak. Memiliki “model” yang bisa diatur posenya itu bagus, namun juga ada hal-hal yang bikin saya berpikir “kok malah bagusan kalau gak permisi dulu ya…?”

Arahan untuk tidak berpose tetap saja adalah sebuah arahan untuk berpose. Karena tidak berpose adalah sebuah pose. Bukan kesalahan sang model jiga dia tidak mengerti apa yang fotografer inginkan, makanya jelaskan dengan baik. Tapi kebanyakan, walau sudah saya minta dengan sangat untuk seolah-olah abaikan saja kamera, tetap saja penuh gaya haha.

Secara umum, meminta sang subjek untuk seolah mengabaikan kamera adalah hal yang rancu. Bagaimana bisa, ini kameranya ada di depan mata dia kok. Orangnya disuruh pula menatap ke arah lensa, haha. Belum lagi orang sekeliling yang bakal ikut memperhatikan. Frame street portrait tidak akan pernah sempurna, ada saja yang nantinya bikin kita tidak sreg. Satu-satunya cara ya minimalkan hal-hal yang bikin error.

Bagus juga sih kalau subjeknya memiliki ekspresi wajah atau gestur tubuh. Tapi ketika yang saya inginkan adalah nuansa kesendirian, di tengah belantara kota, wah… kalau terlalu meriah gerakannya, mendingan kita motret balap karapan sapi pakai lensa tele, dijamin aman untuk menang lomba yang penuh sponsor, hahaha.

Dewasa ini kalau kita menginginkan foto yang latar belakangnya jalan raya dengan gedung-gedungnya, dan… calon modelnya diam gak jalan ke sana ke mari, gampang. Nongkrong saja di titik di mana orang-orang biasanya menunggu dijemput taksi online. Apalagi yang namanya lobi mall tuh, pasti ramai, ada banyak gestur untuk layer latar belakang oleh para figuran, dan biasanya kita bisa motret cukup dekat, tanpa harus susah payah permisi dulu. Ya minimal kontak mata lah. Jeleknya, karena orang berkumpul di lobi, maka sisi lain dari kawasan tersebut pasti timpang tingkat keramaiannya, frame jadi kurang padat.

Kadang saya rindu punya kamera yang layarnya bisa ditekuk 90° ke atas, buat candid jarak dekat, juara tuh. Kamera pegang sejajar pinggang, kita tinggal lihat ke bawah deh, aman, target tidak sadar lagi difoto.

Sayang, hampir tiga tahun, kamera yang saya miliki pasti layarnya fix, tidak bisa dilipat ke mana-mana. Saya jadi harus mengangkat kamera ya minimal setinggi dada, yang penting saya bisa lihat layarnya. Karena foto yang kepotong karena kamera tidak pas posisinya, tidak bisa dibetulkan. Kecuali kalau pakai Olympus / Lumix , soalnya rasio asli foto RAWnya tetap bakal 4:3 sekalipun kita pilih 3:2 di rasionya, jadi kita masih punya cadangan sekitar 30% dari luas frame untuk geser-geser foto misalnya kalau jidat si subjek (di layar kamera) tampak terpenggal.

Ada cara lain sih untuk mendapatkan frame street portrait yang mana subjek menghadap kamera. Dengan cara ini kamu tidak perlu susah payah lagi menjelaskan tujuan memotret, lalu fotonya diapakan, dan lain-lain. Kemudian juga dengan cara ini, kamu akan dapat gestur yang sangat natural dan tidak dibuat-buat. Bagaimanakah caranya?

Caranya sangat sederhana, panggil saja orangnya. “Seus…!” pasti menoleh kok. Saat menoleh itu ya jepret. Sudah ada kontak batin, sudah street portrait. Ada sedikit risiko sih, karena kebanyakan orang tidak bakal senang dipanggil tanpa sebab. Ini lebih seperti prank. Makanya tidak heran kalau kamu bakal kena marah, lebih-lebih kalau seperti saya cara motretnya: malam hari pakai flash sekuat tenaga.

Atau kadang kalau lagi iseng banget, saya bergumam aja “Teh pesen GRAB?”. Pasti menoleh, memang orang-orang di sini sangat ketergantungan dengan transportasi online kok.

Cara-cara semacam ini hampir pasti bikin kamu kena caci maki. Kalau asal snap orang asing pas siang hari sih paling banter si orangnya ngedumel tapi tidak langsung, nah kalau malam hari, biasanya jauh lebih marah karena kaget kena silaunya flash haha. Dibandingkan dengan risikonya, cara ini tidak terlalu layak dilakukan. Jangan lupa juga, tingkat kegagalan snap candid pakai flash itu cukup besar. Jangan sampai sudah susah payah, gagal, kena marah pula, hahaha. Cara paling bijak sih tetap, permisi dan ajak potret langsung, setidaknya tingkat berhasilnya 50:50, dan ketika calon model menyatakan mau, maka persentase berhasilnya naik jadi 100%. Iyalah, masa sudah pakai model masih gagal.

Jangan lupa prinsip dasar memotret orang tak dikenal : JEPRET – SENYUM – TERIMA KASIH , boleh juga dibalik jadi SENYUM – JEPRET  – TERIMA KASIH. Jangan kurangi salah satu, dan jangan juga ditambah-tambahi minta nomer HP segala, kecuali orangnya yang minta, haha.