Oke, goal dari apa yang dibahas kali ini adalah mencegah subjek berubah menjadi siluet, alias detail pada wajahnya masih tetap ada dan malahan artistik karena ada semburat-semburat cahaya… puih.
- Pertama, portret dalam format RAW. Tidak peduli dynamic range JPEGnya sebagus apa, RAW akan lebih fleksibel. Olahan dasar seperti turunkan highlight serta naikkan shadow akan sangat berguna.
- Kedua, gunakan flash. Tidak perlu flash dengan kekuatan penuh, bisa diatur ‘kan kekuatannya sampai 1/64 atau 1/32 saja. Yang penting memberikan tambahan cahaya pada wajah subjek, juga memberi dimensi.
- Ketiga, cari bidang pemantul cahaya, misalnya mobil atau kaca. Fotografer pro suka bawa ‘kan, reflektor yang silver itu. Nah di jalanan, kita bisa memanfaatkan objek di sekitar untuk membantu memantulkan cahaya.
- Keempat, setingan kamera, cermati metering spot (pada suatu kamera disebutnya “Photometry” , phew.. Photometry…) dan juga kalau pakai auto ISO. Karena apa-apa yang auto pasti kamera mengambil data dari lightmeter, makanya jika kita pakai spot metering center tepat pada subjek, segala macam ISO auto bakal memaksa supaya wajah jadi terang, akibatnya background jadi terlalu terang. Pakai metering yang multi atau keseluruhan frame (tidak ada istilah karena beda kamera pasti beda sebutannya), dan karena terang benderang, paksa F selebar mungkin, supaya semua yang ada di background tajam ketika nanti highlight diturunkan.
Melawan Matahari yang Terlalu Keras

Foto ini diambil jam 2 siang. Kalau gak percaya, lihat saja arah mataharinya. Tentu saja bukan jam-jam terbaik untuk foto-foto, tapi apa mau dikata, saya tidak mau bangun pagi, dan kalau menunggu sore pasti keburu hujan. Saya tidak bakal mengajarkan yang susah-susah atau mahal kok, haha.
Memotret dengan cahaya keras begini, jangankan subjek membelakangi matahari, subjek menghadap arah cahaya pun sudah ada kesulitannya sendiri. Namun keseruannya, hasil fotonya pasti unik, yang saya inginkan adalah efek lembar-lembar rambut yang terpapar cahaya dari belakang, serta bangunan yang jadi gelap. Demikian adanya, tugas kita adalah membuat subjek tidak jadi siluet doang alias masih jelas kalau perlu sangat detail.
Hal pertama yang sangat krusial, kalian harus pakai kamera yang dynamic range RAWnya luas, ini penting untuk menurunkan highlight dan menaikkan shadow. Saya pakai Fuji X70, tidak sempurna tapi lumayan. Lalu saat memotret, pastikan matahari sudah agak turun, artinya miring di belakang alih-alih tegak lurus di atas kepala. Karena matahari tuh dilihat dari mana saja sama silaunya, maka kita yang mesti bergerak, cari angle supaya ada bagian biru dari langit kebawa.
Nyakakan flash. Saya pakai flash yang ada di kamera karena tidak suka flash external. Coba-coba deh, intensitas cahayanya. Mulai dari 0, +1 hingga +2. Semakin kencang tembakan flash, semakin jelas pula wajah subjek, dan background akan semakin padam. Apalagi nanti diatur lagi di Camera RAW. Demikian, proses deh. Ini pakai flash +2, kalau mau lihat foto lain yang flashnya lebih lembut dan cahaya mataharinya dibikin muncul mengintip, lihat foto di bawah. Foto seperti ini walau agak bikin haus, tapi menyenangkan.
Cara Bikin Matahari Pecah di Belakang Subjek
Ini disebutnya bukan “flare” ya. Kalau flare itu pantulan cahaya di optik lensa yang nantinya jadi efek melingkar atau apa saja. Kebetulan lensa di Fuji X70 cukup ramah flare meski tidak pakai lens hood. Saya tidak tahu lensa apa yang bisa bikin flare meriah, kalau kurang kerjaan coba saja tembak matahari langsung hahaha…

Baiklah, caranya adalah… Harus ada matahari dan harus ada subjeknya. Matahari mesti agak miring, cahaya jam 10 atau jam 2an lah, sore atau pagi juga gak apa-apa. Tapi kalau tengah hari banget, ya susah karena mataharinya tegak di atas. Tapi gak usah dijelaskan pun kalian pasti bisa nebak sendiri ‘kan…? Tinggal arahkan lensa dengan pas, supaya setengah dari matahari tertutupi, dan setengahnya lagi “lolos” melewati tepian kepala (atau bagian tubuh apapun) dari subjek.
Tantangannya adalah… Subjek menjadi sangat gelap, layar kamera juga kena silau, dll. Tapi semua itu bisa diatasi dengan flash, motret dalam format RAW dan sebagainya, kalau gak salah sudah saya jelaskan di postingan kemarin-kemarin.
Sebaiknya sih dilakukan saat langit cerah. Berawan boleh asal jangan seisi langit awan semua, nanti cahayanya kurang kuat, dan langitnya putih saja.

