Lima Alasan Mengapa GR II Makin Layak Dikoleksi!

Sudah sering saya membahas kamera kesukaan saya sepanjang masa ini. Dewasa ini, selain tentunya bisa mengubahmu jadi Daido Moriyama dadakan, GR II juga bisa menghasilkan uang jajan dalam waktu singkat…

Ini adalah lima alasan mengapa di tahun 2023 ini, GR II makin layak untuk dikoleksi serta pula kamu harus buru-buru check out keranjang kalau lihat benda ini berkeliaran di marketplace…

*semua foto di artikel ini diambil dengan GR / GR II / GR III , kecuali foto kameranya

perbandingan size GR II dengan Lumix GX85, mirrorless yang agak kecil

1. Kondisi fisik yang selalu mulus. Serius, saya sudah beli kamera ini sekitar delapan kali, dan beberapa kali pula saya lihat orang lain pakai, saya tak pernah lihat ada GR II (dan juga GR serta GR III) yang lecet-lecet apalagi dent. Kecuali pada bagian hot shoe, sekujur tubuh GR sepertinya tidak bisa tergores atau mengalami paint loss secara alami. Saya tidak tahu kalau dijatuhkan dari ketinggian, mungkin kameranya sekalian langsung tak berfungsi kalau itu. Entah dibuat dari bahan dan cat apakah bodi GR, sepertinya selalu mulus-mulus saja. Walau kelihatannya ringkih nan ringan, tapi dia ini ajaib. Sekadar keluar masuk tas atau kepentok meja gak akan bikin kamera ini cedera. Karet juga tidak bisa melar apalagi sobek, juga tidak akan ada bagian yang lepas (misalnya thumb rest). Tentu aspek kosmetik fisik sangat signifikan untuk benda yang akan dikoleksi, akhirnya berpengaruh pada harga jual.

Tapi pastinya segala kemulusan fisik hanya ada artinya jika kameranya berfungsi. GR dan GR II terkenal dengan penyakit lens stuck, dibahas di poin berikutnya.

2. Problem lensa dan debu sebetulnya sudah ada solusinya. Yap, ketakutan terbesar pengguna GR adalah debu yang masuk lewat lensa, sehingga bikin sensor kotor hasil foto penuh bintik pada F besar, dan paling apes bikin lensanya stuck kadang gak bisa keluar atau bisa keluar tapi gak bisa masuk. Saya dua kali mengalami hal ini dulu, tapi karena saking cintanya ya saya beli lagi benda serupa yang baru. Lagian waktu itu GR masih gampang dibeli di toko.

Itu dulu, sebelum pada mekanik kamera menemukan solusinya. Sejujurnya ketika kena lens stuck, tak bakal ada yang mau servis ke Ricoh Indonesia karena biayanya nyaris seharga kamera itu sendiri. Namun sekarang sudah banyak servis kamera yang bisa bongkar serta bersihkan sensor dan lensa GR. Tidak murah memang, tapi masih dalam batas wajar, apalagi GR kesayangan bisa kembali berfungsi sempurna. Kalau masuk debu lagi, ya bersihkan lagi. Ditambah bodi yang selalu mulus serta “shutter count” yang tidak ada pengaruhnya karena kamera ini “leaf shutter”, selama lensamu normal, ya kamera ini abadi.

3. Kamera ini lebih dari cukup untuk sehari-hari. Itu dia, asal kamu tidak berniat foto landscape atau sport, kamera ini sempurna sekali. Tidak akan ada yang mengeluh ini hanya APSC atau 16 megapixel. Untuk street fotografi, sempurna. Untuk travel, nyaman ringan. Untuk saya pribadi, selalu ada feel khusus ketika nyetrit pakai GR… rasanya seperti dirasuki Daido Moriyama, ha ha. Ya kamera ini seperti mirrorless APSC lainnya dipasangkan lensa 28mm. Hanya saja ukurannya kecil sekali, bisa masuk saku celana. Ringan banget, lebih ringan daripada kamera premium compact sensor 1″. Memang ini keistimewaan GR sih. Bisa panjang kalau diceritakan semua, baca saja di sini. Pokoknya ini kamera yang sangat bagus, lebih bagus lagi kalau dapat di harga yang baik… dijelaskan di poin berikutnya.

4. Harga jual yang stabil cenderung naik. Di antara segala produk premium compact yang harganya makin digoreng, mungkin GR II yang paling renyah gorengannya. X70, X100T, dan X100F, semua harga bekasnya menggila. Pengecualian untuk X100V yang lagi hype di kalangan hipster, mungkin hanya GR II yang harga bekasnya lebih mahal daripada barunya ketika dulu masih dijual bebas di toko.

Setiap buka Tokopedia, tak pernah lewat saya sempatkan cari kamera ini. Dan selalu saya dapati, kini harganya menembus 7.5 juta sampai 8 juta. Ya walau itu kelakuan makelar yang suka goreng harga. Satu hari sebelum tulisan ini dibuat, saya beli GR II pagi hari, Gosend ke rumah. Siang saya pasang. Nah daripada kelihatan ngarang, saya sertakan saja screenshotnya di bawah…

Ini saya beli tanpa chat ba bi bu apalagi nego, padahal iklannya cuma satu foto dan gak ada keterangan detail kondisi fisik dan fungsi. Masa bodo lah, saya trauma pekan lalu ada juga yang jual segitu,
saya baru chat udah sold, maka kali ini langsung saya check out sambil berak…
Lihat tanggal, jam, dan terutama harganya ketika saya jual… haha

Seandainya tabungan saya lagi stabil, tidak akan langsung saya jual. Tadinya coba-coba saja pasang harga tukang gorengan, langsung ada yang check out tanpa nawar dong… ya secinta-cintanya saya pada kamera ini, saya lebih suka lagi sama uang. Haha.

Itulah dia, seandainya kamu dapat yang harganya di bawah 6 juta, atau bahkan di atas itu pun, kamu tidak akan rugi ketika dijual kembali. Siapa yang tahu, jangan-jangan di masa depan harganya makin naik, soalnya…

5. Karena GR III busuk, dan GR IV pun entah bakal seperti apa. Bisa baca tulisan lengkapnya di sini, mengapa saya sangat benci GR III. Dan kayaknya bukan cuma saya, banyak juga yang berpikir demikian terutama mereka yang dulunya pakai GR II.

Lihat saja deh di Tokopedia, GR III bekas bisa saja berbulan-bulan belum laku. Tapi kalau GR II… hm… hitungan jam. Terlihat jelas, mana yang lebih worth it serta disukai pemirsa. Dengan banyaknya GR III bekas yang beredar tapi susah laku, sedangkan GR II gampang sold dengan harga tak masuk akal sekali pun, sudah jelas mana yang lebih punya nilai jual dan nilai koleksi.

GR III tentu saja lebih mahal dari GR II, tapi kalau tidak lebih bagus dan enak dipakai, ya buat apa. Malahan banyak fitur yang hilang, contohnya flash. Nah kalau yang murah lebih bagus ngapain beli yang mahal nan lebih buruk. Kalau prediksi saya benar, GR IV harusnya muncul tahun ini, maksimal tahun depan. Itu pun kalau Ricoh tidak bikin-bikin lagi GR III edisi spesial ini itu yang cuma beda warna. Kita tidak tahu GR IV akan seperti apa, kalau masih amburadul kayak GR IV, ya jangan harap ada yang beli, orang-orang akan makin mencari seri lama.

Itulah dia lima alasan untuk segera amankan GR II berapa pun harganya. Ya, gak beli GR juga gak apa-apa. Fujifilm X70 dalam hemat saya adalah kamera sejenis yang sedikit lebih bagus. Tidak seasyik GR, namun lebih mudah didapatkan. Ini ocehan saya pribadi, rasanya belum lengkap jadi street fotografer kalau belum pernah pakai Ricoh GR.

Selamat berburu! foto maksudnya.

Bonus foto… Daido Moriyama KW sedang workshop. Dahulu dia influencer Ricoh Pentax haha.
Tapi tidak ada hubungannya, itu ‘kan dulu.
X
Facebook
WhatsApp
Email
Pinterest
Telegram