Pernah lihat poster acara hunting bareng street fotografi di Bandung…? biar saya tebak, lokasinya kalau gak di Alun-alun, jl ABC, ya Braga. Begitulah. Entah kurang kreatif atau bagaimana, kayak seolah Bandung itu cuma segitu-gitunya haha.
Bahkan mungkin kalau Ronaldo atau Messi tinggal di Bandung, barangkali liburan tiap pekan makan es krim sambil duduk di atas batu bulat yang tidak indah dan tidak ada gunanya itu. Lokasi yang lebih bagus ya banyak, yang lebih ramai dan aman juga ada, tapi ya begitulah. Saya sendiri dahulu paling gak mau nyetrit ke sini. Tapi setelah adanya pandemi zombie yang membuat lokasi-lokasi kesukaan saya jadi sepi mati suri, terpaksa juga jadinya harus sering ke sini karena masih ramai-ramai saja walau dengan segala keterbatasannya.

Mungkin kamu tidak mau ke sini, tapi temanmu mengajak. Bisa juga kamu ingin ke tempat lain, tapi acara hunting barengnya di sini. Mau gimana lagi… makanya saya akan berikan tips-tips lengkap untuk memotret di sini, khususnya street. Tips yang tidak pernah ada sebelumnya…
Tempat parkir
Kalau bawa kendaraan khususnya motor, sebaiknya tidak asal pilih parkir. Tempat paling aman adanya di basement Braga City Walk. Tapi kamu akan dikenakan biaya per jam. Sangat bertentangan dengan semangat street. Parkir di sepanjang jalan Braga memang terlihat mudah, tapi tanpa kamu sadari motor kamu bakal lecet-lecet dan lama-lama stang motor kamu bengkok karena sering digeser paksa dengan cara yang tidak halus.
Tips dari saya, parkir di Circle K yang dekat rel kereta. Saya tahu betul, yang megang parkirnya jarang geser-geser motor apalagi sampai diangkat. Selain motor aman nyaman, setelah parkir atau sebelum pulang kamu bisa nongkrong dulu. Circle K ada tiga biji di Braga, empat kalau yang di Asia-Afrika dihitung juga. Ini posisinya dekat rel kereta, seberang spa lelaki. Tapi ya jangan salah masuk.

Arah cahaya matahari
Karena posisi jalan Braga itu menyamping dari datangnya matahari, maka nuansanya saat pagi atau sore sama saja. Bedanya kalau pagi, cahaya matahari ada di sisi kiri jalan, kalau sore di kanan jalan. Ini tidak banyak berpengaruh karena orang seringnya jalan kaki di sisi kiri (yang ada es krim). Lagian juga mereka takut cahaya matahari jadi pasti jalan di sisi yang teduh. Kalau ingin siluet dan sebagainya, hampir tidak masuk karena temboknya kebanyakan kaca atau lukisan. Namun kalau ditanya bagusnya kapan, ya pagi. Karena kalau sore, sisi yang terang adalah sisi kanan yang banyak parkir motor, sangat buruk untuk background, tapi perkaranya, orang-orang sini baru muncul sore jelang malam. Silakan dipikirkan sendiri gimana baiknya…

Pengamen
Ini yang cukup menjengkelkan dan tidak berkesudahan. Protes juga percuma karena tidak pernah ada niat dari pemerintah untuk membuat kawasan ini nyaman. Saran dari saya kalau tidak mau kena pengamen, teruslah bergerak… jangan diam di satu titik apalagi kalau dari kejauhan sayup-sayup sudah ada genjreng-genjreng. Selain harus diberi uang, mereka sangat mengganggu kalau kamu lagi serius moto apalagi portrait.

Kamera
Ini bebas aja, bawa saja apa yang kamu punya. Saya pernah bawa Leica Q, tetap saja pemandangannya tidak berubah jadi bagus macam Tokyo atau London. Kalau kamu handal mengatur komposisi dan backround, lensa 28mm atau 35mm sangat sempurna dalam situasi padat. Tapi kalau kamu gak mau pusing sama background yang acak-acakan, ya bawa 50mm ke atas. Asal jangan pakai tele aja…

Angle memotret
Saran saya, tegak lurus dengan subjek. Hadap-hadapan, jalan ke arah dia. Karena kalau agak miring, selain terlihat kamu itu pemalas cuma ngetem, sudutnya jelek sekali, pasti ada mobil motor masuk ke frame. Kalau pun mau miring, ambil dari sisi luar jalan supaya backgroundnya tembok saja.

Mengajak stranger street portrait
Teknik-teknik lengkapnya ada di artikel saya yang lain. Tapi sosok yang paling masuk akal untuk diajak berfoto adalah kawanan cewek yang lagi selfie-selfie. Peluangnya paling besar untuk bersedia. Harap diperhatikan, misalnya dalam satu kawanan ada lima cewek dan yang cantiknya cuma satu, maka yang harus kamu ajak adalah sisa yang empat. Alasannya pikirkan sendiri saja, tapi intinya begitu.

Tempat singgah
Di sepanjang jalan Braga banyak cafe kok. Tapi kalau sedikit-sedikit masuk cafe kan repot juga. Cari yang namanya “Suriah van Java“ di Google Maps. Sebetulnya itu warung nasi yang bisa buat ngopi santai, letaknya masuk gang sedikit. Saya yang ngasih nama dan membuat titik di Google Mapsnya. Ya masa saya kasih nama “Paris van Java”… ‘kan tidak aktual dan realistis… apanya yang Paris coba… Suriah sih iya hehe.

Spot paling clean
Ini yang tricky karena jangan berharap ada titik yang macam Shibuya. Paling di ujung depan jalan Braga, yang dekat Bank BJB. Kalau ngambil angle pas, lumayan lah, bisa agak-agak dibikin rapi. Dari seberangnya juga oke apalagi pas banyak pajalan kaki nyeberang, hanya saja dewasa ini tempat itu diduduki sama jasa foto 5.000 yang gelar tiang-tiang lampu. Jadinya tidak begitu kondusif lagi kalau mau mangkal apalagi cari subjek street portrait di sana, karena nanti kamu disangka lagi jasa foto berbayar… Pokoknya cari yang ujung-ujung deh, kabur dari segala tumpukan parkir motor, pengamen, ODGJ dan sebagainya.

Spot paling ramai
Kalau kamu suka adegan foto yang padat, titik paling ramai adanya di dekat toko es krim. Selain padat, subjek juga relatif tidak bisa kabur kemana-mana ketika kamu membidikkan kamera, soalnya emang susah gerak. Itu es krim selalu menimbulkan antrian yang makan setengah jalan, maka sisa setengah lagi dibagi oleh pejalan kaki dari dua arah. Tinggal diam di tempat yang pas, subjek yang bakal nyamperin kamu.

Cewek cantik
Ini saya jujur saja, kalau niatnya cari cewek cantik, nunggu di jalanan bakal agak lama. Karena yang cantik tidak datang ke Braga untuk luntang-lantung di jalannya, mereka bakal masuk ke dalam cafe. Peluang terbaik adalah tunggu di depan cafe, berharap ada yang bagus masuk atau keluar. Harap diingat yang “berburu” di sana bukan cuma kamu, ada juga street tog telegrafer lain yang pakai tele dari jarak 20 meter. Jaga sikap supaya gak terekam lagi memalukan. Juga banyak gerombolan “permisi kakak asli Bandung” yang siap menerkam kapan saja…

Demikanlah catatan-catatan ringan mengenai nyetrit di Braga. Nanti saya tambahkan kalau ada yang baru. Ya mau gimana lagi, inilah Bandung, lokasi paling flagship untuk wisatawannya ya segini doang, sulit buat dibanggakan. Tapi kalau kamu paham tips-trik untuk beredar di sini, saya jamin kamu dapat banyak foto. Sekadar banyak tapinya, bagus belum tentu.

